Jumat, 10 Oktober 2014

Malaikat Juga Tahu Makna "Ketulusan"


            Mencintai dan juga dicintai memang fitrah manusia di bumi ini. Hanya saja terkadang kita tidak bisa membedakan mana cinta yang tulus atau hanya yang main-main saja. Bermain-main dengan yang namanya cinta memang sangat seru ketika semuanya baru dimulai hanya saja permainan yang seru tadi bisa berubah menjadi sebuah luka yang teramat dalam ketika hati kita terluka.
Memang bukan hal yang mudah menerima seseorang apa adanya meskipun kita mencintainya, dan juga menemukan seseorang yang tulus juga akan terasa sangat sulit di zaman seperti ini. Perselingkuhan bukanlah hal yang baru dalam sebuah hubungan. Semua orang juga mengetahui jika selingkuh entah sebagai pelaku atau pun sebagai korban pada dasarnya kita sendirilah yang akan terluka. Terkadang memang benar kata pepatah bahwa  rumput tetangga lebih hijau. Apa yang teman kita punya terlihat lebih baik dan menyenangkan daripada  apa yang kita punya. Dalam hidup setiap orang tentu pernah mengalami kesalahan, dan yang paling menyakitkan tentu saja menyia-nyiakan orang yang tulus mencintai kita. 
Terkadang kita tidak pernah memikirkan nasib orang yang mencintai kita dengan tulus dan kita hanya melakukan apa yang kita suka. Dalam menjalin asmara dengan seseorang tentu seringkali kita akan merasa sedih dan juga patah hati. Mengabaikan orang yang selalu baik kepada kita, selalu peduli dan juga tulus pada kita merupakan kesalahan yang besar. Meskipun dia bilang tidak apa-apa saat melihat kita jalan dengan cewek atau pun cowok yang mungkin saja lebih kaya ataupun lebih cantik atau mungkin lebih dari dia, tentu saja hal itu akan membuatnya terluka sangat dalam.
Orang yang mencintai kita dengan tulus memang tidak akan menuntut apapun dari kita. Ketika kita sibuk dengan diri kita sendiri , sibuk dengan orang yang kita harapkan, seseorang yang tulus akan tetap tersenyum dan selalu ada di saat kita membutuhkannya. Dan seseorang yang tulus mencintai kita selalu memikirkan tentang kebahagiaan kita , meskipun  kita tidak pernah memikirkannya sedikit saja atau bisa dibilang kita datang ketika kita butuh dia.
Padahal jika sobat mau menyadari dan melihat sekeliling, ketika ada seseorang yang datang mecintai kita dan rela berkorban serta tulus tidak perlu kamu mengabaikannya hanya karena menurut kamu dia kurang oke dalam urusan fisik atau pun materi.
Sobat tidak mau menerima seseorang yang dengan tulus mencintai kita hanya karena dia tidak mempunyai mobil untuk mengantar ataupun menjemput kita dengan mobil mewah. Bahkan ada kalanya kita lebih menyukai cowok atau cewek player yang memiliki segalanya dan hanya memanfaatkan kamu. Padahal jika saja sobat ingat, bahwa tidak semua malaikat itu harus dalam wujud yang sempurna. Harus cantik atau pun ganteng, harus kaya, harus memiliki jenjang pendidikan yang tinggi, harus bermobil, harus bisa bahasa asing, faktanya sehebat apapun dia tanpa sebuah ketulusan tentu saja semua itu tidak akan berharga. Karena kita tidak mungkin bisa menjalani kehidupan tanpa adanya sebuah ketulusan. Dengan alasan apapun itu tetap saja ketulusanlah yang akan menjadi pemenang. Seperti lirik lagu Malaikat Juga Tahu : “Tak tega biarkan kau sendiri. Meski seringkali kau malah asyik sendiri. Karena kau tak lihat.Terkadang malaikat tak bersayap.Tak cemerlang, tak rupawan.Namun kasih ini, silakan kau adu.Malaikat juga tahu.Siapa yang jadi juaranya”.
Berikut ini lirik lagunya:
Lelahmu...jadi lelahku juga
Bahagiamu...bahagiaku pasti
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati
Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri
Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat
Terkadang malaikat tak bersayap
Tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini, silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Siapa yang jadi juaranya
Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian, tetapi kesempatan
Untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Ku percaya diri, cintakulah yang sejati
Namun tak kau lihat
Terkadang malaikat tak bersayap,Tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini, silakan kau aduMalaikat juga tahuSiapa yang jadi juaranya
Kau selalu meminta terus kutemani
Dan kau s'lalu bercanda andai wajahku diganti
Melarangku pergi karena tak sanggup sendiri
Namun tak kau lihat
Terkadang malaikat tak bersayap,Tak cemerlang, tak rupawan
Namun kasih ini, silakan kau adu
Malaikat juga tahu
Aku kan jadi juaranya


Kamis, 09 Oktober 2014

Tetap Bertahan Dalam Iindahnya Kebersamaan



“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS. Al-Kahfi: 28)
Ada satu anekdot menarik yang masih saya ingat saat di pesantren dulu. Alkisah hidup sepasang kakek dan nenek yang sudah sangat sepuh. Suatu ketika tibalah hari milad sang nenek yang ke-69. Seperti biasa, sang kakek menghadiahkan kado ulang tahun kepada sang nenek. Namun, kali ini hadiahnya sungguh surprise. Bukan kado biasa. Kado tersebut berupa batu nisan bertuliskan nama sang nenek beserta tanggal lahirnya. Spontan sang nenek kaget bukan main. “Jadi, kakek mendoakan nenek cepat mati??”, tanya sang nenek. “Tentu saja tidak, Nek. Supaya kita sama-sama ingat masa depan kita kelak. Bahwa kita berharap selalu bersama di dunia dan akhirat nanti…”, jawab sang kakek sambil tersenyum. Singkat cerita, tibalah setahun berikutnya di milad sang nenek yang ke-70. Dari pagi sampai malam hari di tanggal tersebut, sang kakek tidak memberikan hadiah kepada sang nenek. Tidak seperti biasanya. Sang nenek akhirnya menanyakan kepada suami terkasihnya, “kok tumben kakek nggak ngasih nenek kado ulang tahun?”. Singkat, sang kakek menjawab: “yang tahun lalu aja belum dipake….”
Pelajaran yang berharga dari anekdot tersebut adalah tentang visi ke depan yang yang dilandasi semangat cinta dan kebersamaan. Dari situlah kita memulai. “Start from the end” kalau kata seorang trainer. Ada dorongan kuat untuk menggapai apa yang ada di masa depan. Begitu pula saat kita menyusuri jalan dakwah ini. Sejak kita mengenal dakwah hingga kini kita masih dan senantiasa memperjuangkannya, maka mari kita tanyakan kembali: “sudahkah kita mengetahui apa tujuan dakwah ini?”
Setelah kita tahu untuk apa kita berada di jalan dakwah, ternyata tidak cukup sampai di situ. Al Kahfi ayat 28 di atas adalah arahan strategis dari Allah SWT kepada para aktifis dakwah tentang bagaimana seharusnya kita agar tetap tegar di jalan dakwah. Arahan tersebut berupa satu kalimat perintah dan dua kalimat larangan:
Pertama, perintah untuk bersabar membersamai saudara seperjuangan dalam dakwah. Dalam kondisi apapun dan kapanpun saatnya. Siang ataupun malam. Allah SWT memperjelas detail dimensi waktu dengan diksi “pagi dan senja hari”. Berarti mewakili semua variabel waktu. Karena “pagi” merupakan peralihan dari malam ke siang dan “senja” berarti transisi dari siang ke malam. Tak boleh ada satu waktupun kita meninggalkan pejuang dakwah yang lain ataupun tertinggal dari mereka. Terus bersabar walaupun begitu beragam karakter personal mereka. Karena sekali lagi ini adalah kumpulan manusia, bukan malaikat. Tetap teguhkan hati bergerak bersama mereka, karena kita telah memiliki kesamaan visi hanya ridha Allah saja. Juga tak kalah penting bahwa proyek peradaban ini tidak bisa sekali-kali dikerjakan sendiri. Mekanisme amal jama’i dan qiyadah wal jundiyah mensyaratkan kita untuk tetap bersama dakwah dan jamaah ini. Karena kalau kita tidak bersama mereka, maka kita tidak akan bersama yang lain.
Kedua, Allah SWT melarang kita terbelokkan arah dari garis perjuangan ini. Kita diperintahkan fokus pada orientasi gerakan dengan segala sarananya. “dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka…”. Juga perintah agar tidak teralihkan kepada orang selain mereka yang punya kepentingan lain di dakwah ini. Tetaplah membersamai ikhwah dalam dakwah. Merekalah sebaik-baik teman. Bukan jamaah dakwah yang membutuhkan kita, namun sejatinya kitalah yang butuh mereka. Ikhwah kitalah yang selalu mengingatkan, menguatkan, dan mengaitkan satu sama lain demi kemaslahatan dakwah. Jangan sampai pula kita berpikir untuk sendirian menyusuri jalan ini. Karena keruhnya berkumpul dalam jamaah dakwah lebih baik daripada kejernihan dalam kesendirian.
Ketiga, Allah SWT memperingatkan para aktifis dakwah untuk tidak lekang dari dzikir kepada-Nya. Bahwa dalam kebersamaan di jalan dakwah ini juga ada Rabb yang senantiasa membersamai jikalau kita menghadirkan-Nya dalam tilawah dan dzikir-dzikir kita. Senantiasa terlafadzkan asmanya dalam sujud malam dan segala derap langkah perjuangan. Sebagaimana keberlanjutan dakwah, maka keberlangsungan takwa juga termasuk keniscayaan kita dalam bergerak. Sungguh indahnya kebersamaan berlandaskan ketakwaan. Sebagaimana Allah firmankan dalam surah Az-Zukhruf: 67, “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”
Agar pertemanan kita bertahan lama. Bahkan di hari yang sangat rentan terjadi permusuhan. Agar kebersamaan kita dalam dakwah tidak hanya untuk saat ini. Bukan hanya di dakwah kampus. Kita akan bertemu suatu saat nanti di kerja-kerja dakwah yang lain. Dan kita pun berharap Allah mempertemukan kita di surga-Nya bersama rekan-rekan seperjuangan yang lain disertai Rasulullah SAW, para sahabat, dan orang-orang shalih. Allahumma aammiin…